Kebohongan dan Rasa Sakit
“hey apa kau tahu, bisa merasakan sakit adalah bukti
nyata kalau kau itu seorang manusia..” sahut Avi kepada Salim...
“itu artinya aku bukanlah seorang manusia” sahut Salim
“kamu tidak pernah merasakan sakit?”
“tidak...”
“tapi aku yakin kamu pasti pernah merasakannya, hanya
saja kamu mungkin terlalu gengsi untuk sekedar mengucapkannya di hadapanku”
“jika kau tidak percaya, maka itu terserah padamu, aku
hanya bilang bahwa aku memang tidak pernah sakit”
“kamu pasti bohong”
“bohong juga salah satu bukti bahwa kau manusia” sahut
Salim sambil tersenyum
“kau sedang mempermainkan ku yah”
“Aku tidak sedang mempermainkan siapapun”
“lalu kenapa kau membohongiku”
“karena aku seorang manusia”
Avi hanya cemberut...
ia tak habis fikir sepupunya yang satu ini sungguh sangat
pandai dalam mengalihkan pembicaraan. Sedari tadi Avi berusaha untuk
menyemangati adik sepupunya yang satu ini, namun yang ada hanyalah dia yang
dibuat tak bersemangat oleh tingkah laku konyol sepupunya itu. Sangking konyolnya,
avi bahkan kini tak yakin 100% bahwa sepupunya itu saat ini sedang terbaring
lemah di rumah sakit. Salim menderita kanker dan dokter sudah jauh jauh hari
memvonis bahwa hidup salim tak akan
berlangsung lebih lama dari 3 bulan
lagi, dan jika dugaan dokter terbukti benar, maka esok adalah hari dimana salim
akan meninggal, hari dimana salim akan dipanggil oleh Sang Khalik, hari dimana
salim akan kembali kepada sang pencipta, dan hari terakhir Avi bisa menyaksikan
senyum tipis salim yang kadang terlihat dipaksakan.
Avi kini tertunduk lesu, niatnya menjenguk salim adalah
untuk memberinya semangat, namun setelah membayangkan apa yang mungkin akan
menimpa salim esok harinya justru malah membuat dia yang kini semakin tak
bersemangat.
Salim memang bukanlah anak yang terlahir dengan fisik
yang kuat layaknya anak anak seumurannya, sejak kecil salim sering sakit
sakitan. Dan seolah sudah menjadi hal yang lumrah bagi salim untuk keluar masuk
rumah sakit setiap bulannya. Namun, meski sering sakit-sakitan, tak pernah
sekalipun Avi melihat salim mengeluh, bahkan seolah olah salim hanya sedang
tidur tiduran saja di ranjang rumah sakit, tak pernah sekalipun keluar kata
mengeluh dari mulutnnya. Hanya senyuman... itulah hal yang sering kali Avi
jumpai ketika ia menjenguk Salim...
“hey, avi... kau tahu aku sedang senang hari ini”
“senang? Bukankah kau akan di operasi hari ini”
“bukan..bukan itu maksudku”
“lalu apa maksudmu”
“aku senang karena... “
“karena apa?”
Salim tak menjawab... ia hanya tersenyum
Hari esok pun tiba... hari dimana salim akan menjalani
operasinya,
Sekaligus hari dimana nasib hidup salim akan ditentukan.
Sedari tadi Avi hanya duduk diam di ruang tunggu, hanya
ada avi seorang yang menunggui salim di operasi. Orang tua Salim telah meninggal.
3 bulan sebelum salim lahir ayah salim dipanggil sang Pencipta, kendati
mengidap penyakit yang sama dengan yang di derita oleh salim saat ini, sesaat
setelah melahirkan salim, ibu salim menghembuskan nafas terakhirnya... vonis
dokter hanya mengatakan bahwa sang ibu terlalu banyak mengeluarkan darah
sehingga menyebababkan dia harus kehilangan nyawanya.
Sejak saat itu salim dirawat oleh keluarga avi, namun
dikarenakan sering sakit sakitan. Kedua orang tua avi mulai acuh tak acuh
mengurusi anak angkat nya yang satu itu, kesibukan pekerjaan masing masing
adalah salah satu faktor yang tidak bisa di hindari, bahkan Avi pun jarang
diperhatikan. Apalagi salim yang nyatanya bukan anak kandung. Avi lah yang
selalu merujuk salim ke rumah sakit.
Setelah 3 jam berlalu, dokter akhirnya keluar dari
ruangan. Tanda bahwa operasi nya telah selesai, dengan cepat Avi langsung
menyambar sang dokter dan tanpa basa basi lagi langsung bertanya perihal
kondisi salim.
“Salim saat ini sedang dalam masa kritis nya, operasinya
baru saja selesai, dan dia belum siuman. Tetaplah temani dia... itulah yang
paling dia butuhkan saat ini” sahut dokter tadi dengan mata yang sayu, matanya
menatap dalam ke arah kamar operasi, seolah tanda tanda putus asa telah
tergambar pada wajah sang dokter saat itu...
Avi tertunduk lemas... dengan langkah gontai ia mendekat
masuk ke kamar operasi, kamar dimana salim terbaring lemah tak berdaya...
Perlahan salim membuka mata nya, sangat pelan sampai
sampai nyaris tertutup. Avi menyaksikan hal itu dengan berlinang air mata, tak
sanggup rasanya ia harus melihat sang adik angkatnya menderita lebih lama
lagi...
“Salim... betapa
berat beban mu selama ini, kau terlahir dengan yatim piatu, kau di rawat oleh
keluarga yang bahkan acuh tak acuh padamu, kau sejak kecil sudah menderita
penyakit ganas ini...namun mengapa kau tak sekalipun pernah menitihkan air
mata? Setidaknya kamu bisa menangis...setidaknya kamu bisa mengeluh akan semua
ini, tak akan ada yang menyalahkanmu jika kamu menangis.. itu adalah hal yang
wajar bagi seseorang yang sedang sakit bukan?...tapi mengapa kau malah
tersenyum seolah tak terjadi apa apa padamu... tak mungkin ada orang yang bisa
sekuat itu” demikian apa yang di fikirkan oleh Avi sembari menatap
salim yang nampak sangat lemah...
Perlahan ia membuka mata...
Diikuti senyuman yang mulai mengembang di bibir nya...
Avi pun ikut tersenyum...
TAMAT
Imam
09-April-2018
0 comments:
Post a Comment