Monday, 9 April 2018

Cerpen : Kebohongan dan Rasa Sakit


  Kebohongan dan Rasa Sakit 



“hey apa kau tahu, bisa merasakan sakit adalah bukti nyata kalau kau itu seorang manusia..” sahut Avi kepada Salim...
“itu artinya aku bukanlah seorang manusia” sahut Salim
“kamu tidak pernah merasakan sakit?”
“tidak...”
“tapi aku yakin kamu pasti pernah merasakannya, hanya saja kamu mungkin terlalu gengsi untuk sekedar mengucapkannya di hadapanku”
“jika kau tidak percaya, maka itu terserah padamu, aku hanya bilang bahwa aku memang tidak pernah sakit”
“kamu pasti bohong”
“bohong juga salah satu bukti bahwa kau manusia” sahut Salim sambil tersenyum
“kau sedang mempermainkan ku yah”
“Aku tidak sedang mempermainkan siapapun”
“lalu kenapa kau membohongiku”
“karena aku seorang manusia”
Avi hanya cemberut...
ia tak habis fikir sepupunya yang satu ini sungguh sangat pandai dalam mengalihkan pembicaraan. Sedari tadi Avi berusaha untuk menyemangati adik sepupunya yang satu ini, namun yang ada hanyalah dia yang dibuat tak bersemangat oleh tingkah laku konyol sepupunya itu. Sangking konyolnya, avi bahkan kini tak yakin 100% bahwa sepupunya itu saat ini sedang terbaring lemah di rumah sakit. Salim menderita kanker dan dokter sudah jauh jauh hari memvonis bahwa  hidup salim tak akan berlangsung lebih lama dari  3 bulan lagi, dan jika dugaan dokter terbukti benar, maka esok adalah hari dimana salim akan meninggal, hari dimana salim akan dipanggil oleh Sang Khalik, hari dimana salim akan kembali kepada sang pencipta, dan hari terakhir Avi bisa menyaksikan senyum tipis salim yang kadang terlihat dipaksakan.
Avi kini tertunduk lesu, niatnya menjenguk salim adalah untuk memberinya semangat, namun setelah membayangkan apa yang mungkin akan menimpa salim esok harinya justru malah membuat dia yang kini semakin tak bersemangat.
Salim memang bukanlah anak yang terlahir dengan fisik yang kuat layaknya anak anak seumurannya, sejak kecil salim sering sakit sakitan. Dan seolah sudah menjadi hal yang lumrah bagi salim untuk keluar masuk rumah sakit setiap bulannya. Namun, meski sering sakit-sakitan, tak pernah sekalipun Avi melihat salim mengeluh, bahkan seolah olah salim hanya sedang tidur tiduran saja di ranjang rumah sakit, tak pernah sekalipun keluar kata mengeluh dari mulutnnya. Hanya senyuman... itulah hal yang sering kali Avi jumpai ketika ia menjenguk Salim...

“hey, avi... kau tahu aku sedang senang hari ini”
“senang? Bukankah kau akan di operasi hari ini”
“bukan..bukan itu maksudku”
“lalu apa maksudmu”
“aku senang karena... “
“karena apa?”
Salim tak menjawab... ia hanya tersenyum

Hari esok pun tiba... hari dimana salim akan menjalani operasinya,
Sekaligus hari dimana nasib hidup salim akan ditentukan.
Sedari tadi Avi hanya duduk diam di ruang tunggu, hanya ada avi seorang yang menunggui salim di operasi. Orang tua Salim telah meninggal. 3 bulan sebelum salim lahir ayah salim dipanggil sang Pencipta, kendati mengidap penyakit yang sama dengan yang di derita oleh salim saat ini, sesaat setelah melahirkan salim, ibu salim menghembuskan nafas terakhirnya... vonis dokter hanya mengatakan bahwa sang ibu terlalu banyak mengeluarkan darah sehingga menyebababkan dia harus kehilangan nyawanya.
Sejak saat itu salim dirawat oleh keluarga avi, namun dikarenakan sering sakit sakitan. Kedua orang tua avi mulai acuh tak acuh mengurusi anak angkat nya yang satu itu, kesibukan pekerjaan masing masing adalah salah satu faktor yang tidak bisa di hindari, bahkan Avi pun jarang diperhatikan. Apalagi salim yang nyatanya bukan anak kandung. Avi lah yang selalu merujuk salim ke rumah sakit.

Setelah 3 jam berlalu, dokter akhirnya keluar dari ruangan. Tanda bahwa operasi nya telah selesai, dengan cepat Avi langsung menyambar sang dokter dan tanpa basa basi lagi langsung bertanya perihal kondisi salim.
“Salim saat ini sedang dalam masa kritis nya, operasinya baru saja selesai, dan dia belum siuman. Tetaplah temani dia... itulah yang paling dia butuhkan saat ini” sahut dokter tadi dengan mata yang sayu, matanya menatap dalam ke arah kamar operasi, seolah tanda tanda putus asa telah tergambar pada wajah sang dokter saat itu...

Avi tertunduk lemas... dengan langkah gontai ia mendekat masuk ke kamar operasi, kamar dimana salim terbaring lemah tak berdaya...

Perlahan salim membuka mata nya, sangat pelan sampai sampai nyaris tertutup. Avi menyaksikan hal itu dengan berlinang air mata, tak sanggup rasanya ia harus melihat sang adik angkatnya menderita lebih lama lagi...
“Salim... betapa berat beban mu selama ini, kau terlahir dengan yatim piatu, kau di rawat oleh keluarga yang bahkan acuh tak acuh padamu, kau sejak kecil sudah menderita penyakit ganas ini...namun mengapa kau tak sekalipun pernah menitihkan air mata? Setidaknya kamu bisa menangis...setidaknya kamu bisa mengeluh akan semua ini, tak akan ada yang menyalahkanmu jika kamu menangis.. itu adalah hal yang wajar bagi seseorang yang sedang sakit bukan?...tapi mengapa kau malah tersenyum seolah tak terjadi apa apa padamu... tak mungkin ada orang yang bisa sekuat itu” demikian apa yang di fikirkan oleh Avi sembari menatap salim yang nampak sangat lemah...
Perlahan ia membuka mata...
Diikuti senyuman yang mulai mengembang di bibir nya...
Avi pun ikut tersenyum...
TAMAT

Imam
09-April-2018  

0 comments:

Post a Comment